1.09.2015

Antara Waktu dan Biaya

            Setiap orang pasti memiliki pekerjaan untuk membiayai kehidupannya masing-masing, mungkin untuk biaya hidup anak dan istri. Banyak juga yg bekerja di kawasan terpadu di daerah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara, terlebih jika mereka ditempatkan diluar Jakarta seperti Bekasi, Bogor, Depok dan Tangerang. Bagi orang-orang yg memiliki kendaraan seperti sepeda motor atau mobil pribadi tentu akan memudahkan mereka untuk pergi ke tempat kerja mereka yg jaraknya sangat jauh dr rumah. Lalu, bagaimana dengan mereka yg tidak memiliki kendaraan dan harus pergi ke kantor menggunakan angkutan umum seperti bis, kereta dan busway? Ini jawaban mereka.

            Sebelumnya, saya pernah berkeliling Jakarta menggunakan angkutan umum seperti busway dan kereta Commuter Line pada hari kerja. Ternyata, banyak yg menggunakan jasa angkutan umum tersebut dan bahkan hampir setiap hari. Saya melakukan perbandingan antara busway dengan kereta Commuter Line yang hampir setiap menit datang mengangkut penumpang sampai tujuan. Pertama-tama, saya menggunakan angkutan kereta Commuter Line dengan tujuan akhir stasiun Bekasi dimulai dari stasiun Jakarta Kota. Saya tidak pernah menanyakan nama kepada org yg saya ajak bicara karena mereka takut saya berbuat kejahatan seperti yg terjadi sebelum-sebelumnya. Yang pertama adalah wanita, kira-kira umurnya 34 tahun, dia bekerja di sebuah perusahaan di daerah Bekasi. Rumahnya berada di Muara Karang, Pluit, Jakarta Utara. Setiap hari, wanita tsb mengatakan kpd saya bahwa dia lebih nyaman dan enak menggunakan kereta dibanding busway. Menurutnya, jika ia naik busway menuju tempat kerjanya di Bekasi, ia akan terlambat sampai kantor dan akan dikenakan sanksi hukuman dr atasannya. Ia mengatakan bahwa lebih cepat sampai kantor jika naik kereta dibanding busway. “Lebih enak naik kereta mbak ketimbang busway. Soalnya kan kantor saya jauh di Bekasi, takut telat dimarahin sm bos jadi saya naik kereta aja dr Kota,” tuturnya.

            Kemudian, orang yg kedua yg saya ajak berdiskusi adalah seorang pria paruh baya, kira-kira usianya hampir 50 tahun. Beliau bekerja di sebuah perusahaan di Juanda. Jawaban yang sama dgn wanita yg diatas tadi mengenai perbandingan antara busway dengan Commuter Line adalah soal waktu. “Iya neng, saya kerja di Juanda rumah di Bekasi. Kalo dihitung-hitung, bisa-bisa saya gak sampe kantor kalo naik busway. Kan kalo pagi tuh jalanan macet ya apalagi daerah Harmoni, belum nunggu buswaynya yg lama. Harus pindah-pindah halte. Kalo naik kereta kan lebih cepat, lebih murah, enak lagi,” katanya. Namun, beliau mengatakan baru beberapa bulan ini ia menggunakan kereta untuk bepergian menuju kantor atau kembali pulang kerumahnya di Bekasi. Sebelumnya, ia mengaku menggunakan busway dan angkutan umum utk pergi ke kantor pada pagi hari. “Saya pernah naik angkot dr rumah di Bekasi, wah itu yg namanya macet udah dimana-mana. Saya aja sampe kantor jam 9 pagi, kalo naik kereta bisa jam 8 atau setengah 9. Lebih cepet naik kereta lah,” ujarnya.

            Orang yang ketiga adalah seorang mahasiswi, umurnya kira-kira 20 tahun. Ia sedang mengenyam pendidikan di sebuah universitas di daerah Klender. Rumahnya di sekitar Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada saat itu, saya berpikir bahwa betapa beruntungnya saya yg msh bisa kuliah dengan jarak yg tidak sangat jauh dan tidak perlu bersusah payah berdesak-desakan didalam kereta untuk sampai di kampus. “Ini aja saya baru mau ke kampus mbak, masuk jam 12 siang. Makanya berangkat jam segini. (Pada saat itu jam menunjukkan pukul 10.00 WIB). Abisnya kalo naik angkot suka lama mbak, belom ngetem-nya di kalibata lama, terus hrs turun angkot pindah jurusan. Belom lagi kalo angkotnya nggak ada, mesti nunggu lagi. Bisa sampe kampus jam berapa saya mbak kalo naik angkot. Kebetulan kan udah ada kereta, rumah saya juga deket sm stasiun Pasar Minggu Baru. Kalo ada kereta knp mesti naik angkot?“ katanya.  Menurutnya, untuk segi waktu lebih efisien menggunakan kereta dibanding angkutan umum  seperti bis, angkot atau busway. Mentok-mentok, kalau masih macet mereka menggunakan ojek sebagai sarana yg cocok utk menerobos kemacetan di Jakarta ini.

            Dari ketiga orang yg saya ajak bicara ketika sedang berada didalam kereta Commuter Line jurusan Jakarta Kota-Bekasi adalah masalah waktu dan biaya.


            Kedua, saya menggunakan buaway utk menuju tempat tinggal saya di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Saya naik busway TransJakarta dari halte Dukuh Atas 1 menuju Harmoni dan melanjutkan lagi menuju Lebak Bulus. Di halte Dukuh atas, saya bertemu dgn seorang anak lelaki muda, usianya kira-kira 25 tahun. Ia ingin pergi ke kawasan Duri Kepa, Jakarta Barat. Ia mengeluh karena keterlambatan datangnya busway dr Blok-M menuju Harmoni. Saya hanya tersenyum pada saat itu. Ketika saya tanya, dengan nada pelan dan ramah, ia menjawab pertanyaan saya semuanya. “Saya mau ke Duri Kepa mbak, mau nengokin saudara saya disana. Ini udah hampir sejam saya nunggu disini tapi busway-nya nggak sampai-sampai. Kalo aja ada kendaraan yg lebih cepat dari busway, saya mau naik mbak biar cepet sampe sana,” katanya. Namun, ketika saya singgung mengenai kereta Commuter Line, ia mengatakan, “Tadinya saya juga mau naik kereta mbak, cuma saya nggak tau angkot ke rumah saudara saya itu. Saya taunya naik busway aja, tapi kalo ke kantor saya sih naik kereta mbak, cuma baru kali ini aja saya naik busway. Ternyata lama ya”.

            Kemudian, di halte busway Harmoni, saya bertemu dengan seorang wanita, kira-kira umurnya 27 tahun. Ia bekerja di kawasan Kebon Jeruk dengan rumahnya yg berada di Jatinegara. Sama halnya dengan lelaki diatas, ia mengeluhkan keterlambatan datangnya busway jurusan Lebak Bulus-Harmoni. “Biasanya sih nggak lama mbak, tapi ini kok tumben sih lama ya datengnya?” keluhnya. Dengan santainya, obrolan kami pun semakin panjang. “Iya mbak, saya mau kerja di Kebon Jeruk. Kan kalo naik kereta nggak ada stasiunnya. Ya mau nggak mau saya harus naik busway dgn resiko lama dan telat. Sebenernya sih kalo ada stasiun Kebon Jeruk ya saya naik kereta aja mbak dari Jatinegara. Tapi adanya busway ya saya harus naik ini ke kantor, biasanya sih suami saya yg nganter tp dial g masuk pagi terus saya masuk siang jadi nggak bisa nganter ke kantor deh,” tuturnya.

            Bisa disimpulkan, bila dihitung-hitung dari segi waktu, lebih cepat naik keret Commuter Line dibanding bus TransJakarta. Namun, dari segi biaya, lebih murah naik bus TransJakarta daripada kereta Commuter Line. Hampir 99% orang yg saya ajak bicara dan mengajak saya bicara baik di dalam kereta atau bus TransJakarta, mereka lebih mengutamakan waktu dibanding biaya dan keselamatan diri sendiri. Contohnya seperti di stasiun Tanah Abang setiap pukul 17.00 WIB. Kereta yang menuju Serpong, Parung Panjang hingga Maja penuh sesak oleh penumpang yg kebanyakan turun di stasiun Pondok Ranji, Sudimara, Serpong dan Parung Panjang. Berdesak-desakan, saling dorong dan memaksakan diri untuk masuk kedalam rangkaian kereta adalah hal yg biasa bagi mereka yg rumahnya berada di sekitar Serpong dan Parung Panjang bahkan Maja sekalipun. Pulang dengan tubuh yang sakit karena berdesakan ketika ingin masuk/keluar kereta menjadi makanan utama bagi mereka. Mereka sudah biasa dengan hal seperti itu. Terlebih jika mereka tidak mendapatkan kereta atau ketinggalan kereta karena keterlambatan. Suara teriakan dan rintihan kesakitan akibat berdesak-desakan didalam kereta sudah hal biasa bagi petugas kereta Commuter Line yang bersiap siaga menjaga disetiap rangkaian kereta.

            Jika dihitung dalam biaya, untuk kereta Commuter Line sekali perjalanan bisa memakan biaya Rp 3000,- hingga Rp 4000,- dgn tujuan akhir yg mereka inginkan. Karena, Rp 2000,- setiap 5 stasiun pertama dan Rp500,- setiap 3 stasiun berikutnya. Jika menggunakan bus Transjakarta, satu kali perjalanan hanya memakan biaya Rp 3500,- kemanapun tujuan akhirnya. Jadi, lebih murah menggunakan busway daripada kereta Commuter Line.

            Kesimpulan dari saya, jagalah diri sendiri dari orang lain disekeliling Anda. Karena, kesempatan pada saat seperti itulah yang menjadi sasaran empuk bagi para pencopet untuk mendapatkan hasil dari mangsanya. Semoga, tulisan saya ini bermanfaat bagi Anda semua pengguna jasa angkutan bus TransJakarta dan kereta Commuter Line. Mohon maaf jika ada kesalahan nama, penulisan dan lain-lain. Sekian dan terimakasih.










(nb: Saya menulis tulisan ini karena saya sebelumnya sudah melakukan riset serta observasi menggunakan 2 jasa angkutan umum milik Pemerintah dan saya sudah merasakan berdesak-desakan dalam kereta Commuter Line dan bus TransJakarta. Jika Anda berkomentar negatif tentang tulisan saya ini dan atau memprotes tentang angkutan umum milik Pemerintah ini, lebih baik Anda rasakan dulu seperti apa yg mereka rasakan setiap hari. Terimakasih)